Minggu, 09 Agustus 2015

YOU AND ME? THEN HIM? PART 4

Lanjutt nih part 4 nya guys.
Follow twitter saya @santi_NRG
" Maaf kalau ada kesamaan KATA,ALUR CERITA,NAMA DLL.Maaf banget ya?"
YOU AND ME ? THEN HIM ? #4
Waktu terus berlalu. Tak ada yang bisa membungkamkan suaranya. Mereka kini masih setia menunggu seseorang bangun dari tidur panjangnya. Yang kini Ia masih terbaring manis diranjang rumah sakit. Yah, Rio belum sadarkan diri setelah 1 bulan lamanya. Tetapi Bradiz tak pernah putus asa untuk menjaga Rio dan berbagi cerita. Walau mereka tau Rio tak akan merespon ucapan mereka, tetapi mereka yakin Rio pasti mendengarkan cerita mereka.
" Yo. 1 bulan. 1 bulan loe bikin kita nangis gak jelas. dan 1 bulan loe tidur terus. apa loe gak capek yo? apa loe gak kangen sama kita? apa loe..." ucapan gadis berpipi chubby ini terhenti. Ia menangis tak kuasa melihat sahabatnya ini terbaring disana. 1 bulan Ia selalu curhat kepada lelaki ini. Dan keadaan lelaki ini semakin menurun. membuat mereka semakin sedih dan cemas.
" Yo. andai waktu berputar kembali. Gue pasti gak bakalan ajak loe gabung sama Bradiz. Andai waktu itu loe gak maksa buat ikut pertempuran itu, pasti semua gak akan kayak gini Yo. Yo bangun. kita kangen sama loe. Tawa canda loe, loe yang tengil, loe yang sering bantu adik kelas loe. Pokoknya gue kangen Yo sama loe. terserah deh loe mau ngomong apa tentang gue. Yang pasti gue kangen banget sama loe." Ucap Stev berdiri disamping kasur Rio.
" Yo. kapan kita bisa main sepeda bareng lagi? kapan kita bisa mainin alat itu lagi? kapan kita bisa main kartu lagi? kapan Yo kapan? kalau loe kayak gini terus. hidup gue hampa Yo. cuma loe yang buat gue senang. " ucap Fakhri sedih.
" Mario. loe tau gak? apa yang gue rasakan sekarang? gak tau ya? gue kangen loe yo. maaf ya yo gue sering marah-marah sama loe. sering suruh-suruh loe. sering mukul loe. tapi dibalik itu semua gue sayang kok sama loe. gue kangen yo. bangun dong yo." Gumam Fika menahan air matanya. Dirinya yang cuek kini menjadi penyedih. Ia sedih sahabatnya terbaring lemah seperti itu.
" Yo. loe inget gak? pas loe gak gue izinin gabung sama Bradiz ? gue marah banget sama loe. kesel. loe tau kenapa yo? karena wajah loe mengingatkan gue pada seseorang. dan kehadiran loe membuat gue gak bisa tidur yo. Tapi semakin kesini gue malah sayang banget yo sama loe. gue udah anggap loe adik, teman,sahabat bahkan keluarga gue yo. gue sayang sama loe melebihi sayang gue ke diri gue sendiri. Bahkan waktu itu gue sempat nyesel gak izinin loe gabung sama Bradiz. Dan berkat stev yang maksa loe buat gabung bradiz. Gue gak nyesel lagi. yo bangun dong. Kita kangen sama loe. Kalau seandainya loe bangun gue serahkan jabatan gue sama loe. loe boleh kok jadi boss Bradiz. " ucap Aga yakin dan sangat yakin. Kelima sahabatnya menatap dirinya tak percaya. Sebegitu sayangnya kah seorang Aga kepada anak kelas 5 SD itu? sampai-sampai dirinya menyerahkan jabatan sebagai boss di Bradiz? apa yang ada dipikiran lelaki bertubuh putih ini ? Entahlah. hanya dirinya dan tuhan yang tau.
" Gue salut bro sama loe. Sampai boss gue serahkan jabatannya sama loe. Gue juga sayang sama loe kok. Gue udah anggap loe sebagai adik dan keluarga gue sendiri. Bahkan dulu gue pengen banget loe , gue angkat jadi adik kandung gue sendiri. Tapi itu semua mustahil karena gue yakin loe gak mau hehe. Iya kan? Bangun yoo.. Gue kangen sama loe. Gue kangen main PS sama loe. " ucap Zahra tanpa mengeluarkan air matanya. Sudah cukup sebulan ini Ia menangis tak karuan. Ia selalu memanggil Rio dengan sebutan ' bro '
CLLEEKK
Tiba-tiba ada yang membuka pintu ruang rawat Rio. Dilihatnya seorang lelaki paruh baya dan seorang wanita. Mereka menghampiri keenam sahabatnya Rio. Siapalagi jika bukan kedua orang tua Rio. Mereka menatap Rio lekat. Disinar matanya terlihat kesedihan yang mendalam.
" Nak. Rio akan kita pindahkan ke singapura. Mungkin disana Ia bisa menjalani pengobatan lebih." ucap Papah Rio. Keenam sahabat Rio membelakakan matanya. Mereka sangat tidak percaya apa yang dikatakan papah Rio.
" Si..singapura om? Apa dia gak bisa netap disini om?" tanya Fika mewakili yang lain. dirinya juga tak menyangka ini semua.
" Gak bisa nak. Buktinya semakin kesini keadaan dia menurun. Dan ini sudah 1 bulan lebih. "
" tapi om.."
"sstt.. ikhlasin aja..." bisik Stev memotong ucapan Fika. Fika kembali menangis didekapan lelaki ini.
" Baiklah om. kalau itu memang terbaik. Kami ikhlas." jawab Stev. keempat sahabatnya itu menatap Stev tak percaya. Stev menganggukkan kepalanya menandakan mereka harus mengikhlaskan Stev dipindahkan ke singapura. Mereka pun menundukkan kepalanya dalam.
" baiklah. Nanti sore Rio akan dipindahkan segera. Saya mau mengurus keberangkatan Rio terlebih dahulu. Bisakah kalian menjaganya?"
" bisa om."
" baiklah." Mamah Papah Rio pun beranjak dari sana. Keenam manusia ini kembali dilanda kesedihan. Fika dan kedua gadis ini menangis kembali. Begitupula dengan Stev dan kedua lelaki ini. Begitu susah payah menahan air matanya akhirnya jatuh juga.
" Yo. kita izinin loe dipindahkan ke singapura. Kalau emang itu terbaik buat loe. Gue disini hanya bisa berdoa semoga loe disana cepat sembuh dan kalau udah sembuh, loe kesini oke?" ucap Stev mengembangkan senyum manisnya.
" gue tau yo loe gak bakal ngerespon ucapan kita. tapi gue yakin loe denger ucapan kita. gue izinin loe dipindahkan ke negara itu. semoga loe baik-baik aja disana ya?" ucap Fika disela tangisannya.
" Yo. gue sayang sama loe. gue udah anggap loe sebagai adik kandung gue sendiri. semoga nanti loe disana gak lupa sama kita. tawa canda kita. senyum manis kita buat loe. dan senyum manis loe buat kita. semoga loe disana baik-baik aja. Gue berharap loe cepat bangun. loe gak capek tidur sebulan lebih? apa loe gak kangen sama kita? " ucap Aga sedih.
" Yo. nanti siapa yang bakal main kartu sama gue lagi? nanti siapa yang bakalan main sepeda sama gue lagi? nanti siapa yang bakalan dengerin curhatan gue lagi? nanti siapa yang bakalan gue kangenin kalau loe pindah yo? siapa yo? jawab. gue tau loe gak bakal ngerespon. Tapi yo, seenggaknya loe ngangguk gitu." ucap Fakhri. Aga menoyor kepala Fakhri. Fakhri hanya meringis kesakitan.
" Marioo... adek gue yang paling gue sayang. nanti siapa yang bakal kasih gue permen lagi? nanti siapa yang bakal beliin boneka buat gue lagi? nanti siapa yang bakalan usap kening gue lagi selain loe? nanti siapa yang bakalan jahilin gue lagi selain loe? siapa yo? Stev?, Aga? Fakhri? mereka enggak selucu loe yo." ucap Ivi dan mendapat tatapan tajam dari ketiga lelaki tampan ini. Ivi hanya cengar cengir tidak jelas dan mengemut kembali permennya itu.
" Yo. ini gue zahra. gue sih simple. Dan cuma melontarkan pertanyaan sama loe. Nanti kalau kita kangen sama loe , kita harus ngapain? kerumah loe? meluk foto loe? meluk benda kesayangan loe? " tanya Zahra sedih.Mereka kini memeluk Rio bersamaan. Walau mereka tau Rio tidak akan bisa membalas pelukan mereka.
Sore pun tiba. Bradiz tetap setia menunggu dan menemani Rio dikamar rawat ini. Mereka kini sedang termenung. Dimana saatnya kini Rio akan dipindahkan ke singapura. Dan mendapat perawatan lebih disana. Bradiz melihat apa yang mereka lihat. Rio sedang diperiksa dan dipindahkan ke mobil ambulance.  Dan Rio kini sudah dibawa pergi. Bradiz saling tatap. Tak ada lagi canda tawa lelaki kecil itu. Tak ada lagi jahilan dari anak kelas 5 SD itu.
" ayo pulang." ajak Aga. Dan mereka pun pulang kerumah masing-masing. Mereka harus menempuh hidup baru tanpa Rio. Mereka yakin suatu saat Rio akan kembali dan bermain kembali dengan mereka.
*****
seminggu setelah Rio meninggalkan mereka ke singapura
Bradiz kembali menjalankan aktivitas masing-masing. Mereka kini kembali bersekolah walau tanpa Rio. Kini mereka sedikit sibuk dengan UN dan akan menghadapi kelulusan SD. Mereka menyibukkan diri agar tidak mengingat Rio lagi. Walau hatinya berdoa semoga Rio baik-baik saja disana dan segera bangun dari komanya. Kini mereka sedang duduk dikantin setelah  1 jam pulang sekolah.
" emm... udah seminggu. Belum ada kabar apapun dari papah Rio." ucap Stev. Kelima sahabatnya pun menatap stev sedih. Mereka berharap papah Rio mengabarkan keadaan Rio. Tetapi mustahil, karena papah Rio seminggu ini sama sekali tidak mengabari mereka. Dan Stev terus mencoba menghubungi ponsel Rio ataupun kedua orang tuanya tetapi ponsel mereka sepertinya sengaja dimatikan.
DDRRTT DDRRTT
Tiba-tiba ponsel Stev bergetar. Stev menatap layar ponselnya. Dan tertera nama papah Rio disana. Stev segera mengangkat sambungan telepon tersebut.
"hallo om"
"hallo nak stev"
"ada apa om?"
"maaf ya sebelumnya om gak pernah ngasih kabar"
"iya om gapapa. gimana keadaan rio disana?"
"em..rio...rioo...hikss hikss"
Terdengar seseorang menangis disana. Stev semakin cemas. Melihat wajah Stev yang tak enak dilihat pun membuat kelima sahabatnya ini ikut cemas dan khawatir.
"maafkan saya nak stev. nak bradiz. rio.. rio.. su..dah.. me..ni..ngg..al..hiks hikss... maafkan saya nak."
Stev terdiam mematung. Matanya kini berkaca-kaca menahan air matanya yang hendak jatuh. Stev menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Stev sempat mimpi Rio meninggalkannya dan kini? mimpi itu menjadi nyata.
" om. bercanda kan? om bohong kan? "
" enggak nak. om enggak bercanda atau bohong. ini semua takdir nak. tolong ikhlaskan rio ya? saya akan keindonesia dan memakamkan rio di manado. "
" i..iya. om."
BIIIPP
Sambungan telepon pun terputus. Stev menyimpan ponselnya dimeja. Air matanya kini terjatuh sudah. Mimpi itu menjadi kenyataan. Dan Stev tentu masih belum percaya apa yang didengarnya barusan. Bradiz pun menatap Stev dengan gemetar.
" kenapa?" tanya Aga cemas.
" Rio...rio..meninggal." jawab Stev dan menunduk dalam. Semua menganga tak percaya. Semua pun menangis histeris. Tak menyangka ini semua terjadi. Berbulan-bulan mereka bersahabat dengan adik kelasnya itu. Dan kini Ia telah meninggalkan mereka begitu saja. Takdir memang tak ada yang tau kapan kita dipanggil. Dan orang terdekat hanya bisa menangis dan berdoa semoga dirinya hidup damai di alam yang berbeda. Stev menjambak rambutnya sedih, Aga memukul kepalanya ke meja, Fakhri menutup matanya menahan air matanya. Dan ketiga gadis ini sudah menangis tak karuan dan menyalahkan diri mereka.
" KENAPA HARUS LOE YOO???"
" RIIOOO"
" MARRIIOOO...."
" RIIOO KENAPA LOE TINGGALIN KITAAAA???"
Semua berteriak histeris.Aga menghapus air matanya yang terus menerus turun. Ia menahannya sekuat tenaga. Aga tersenyum miris. Dan kembali memakan kentang gorengnya walau terasa hambar.
" kita jangan nangis kayak gini. Pasti Rio ikut sedih disana. Kita harus ikhlasin Rio. Fi, Stev,Ri,vi,ra. kita ikhlasin dia. jangan sedih. " ucap Aga membuatnya terdiam sejenak.
" Kita doain dia supaya damai disana. Kita senang, dia juga senang. kalau kita sedih kayak gini, pasti dia ikut sedih. "
" Iya ga, gue nyoba buat ikhlasin dia ya walaupun sakit. Tapi mau gimana lagi? ini takdir. " ucap Stev mencoba menahan air matanya.
" Dia dimakamkan dimana?" tanya Aga
" dimanado. tempat dia lahir."
" Dan kita kayaknya gak boleh deh ke manado. Orang tua kita pasti gak ngizinin kita. apalagi lusa UN. " ucap Fika dan diangguki semuanya.
" gue akan berpesan sama orang tua Rio. bahwa kita gak bisa dateng kepemakamannya. Kita doain aja."
Mereka kini pulang kerumah masing-masing. Tak ada yang membungkamkan suaranya kembali. Kenangan itu kembali terukir dibenak mereka. Saat bermain bersama, berkelahi bersama, bernyanyi bersama bahkan detik-detik terakhir rio pun mereka masih mengingatnya. Mereka sangat menyayangi Rio seperti menyayangi kedua orang tua mereka.
****
hari terus berlalu. Mereka menjalani hari-hari mereka seperti biasa. Kini mereka sudah menjadi murid SMP. Dan mereka sudah membubarkan geng itu. Dan mereka kini bersahabat seperti yang lainnya. Tak berkelahi, Tak memainkan alat itu dan tak mencari masalah dengan geng-geng diluar sekolah. Mereka kini hidup dengan aman. Kini adalah hari dimana sekolahan mereka berulang tahun. Dan acara ini dimulai malam hari. Dimana Mereka akan bernyanyi. Aga menaiki panggung dan tersenyum sebentar. Ia segera memetik gitarnya dan bernyanyi.
" lagu ini aku persembahkan untuk sahabatku disana."
Tak pernah terpikir olehku
tak sedikit pun kubayangkan
kau akan pergi
tinggalkan ku sendiri
Begitu sulit ku bayangkan
begitu sakit kurasakan
kau akan pergi
tinggalkan ku sendiri
Dibawah batu nisan kini kau tlah sandarkan
kasih sayang kamu
begitu dalam
sungguh ku tak sanggup
ini terjadi karena ku sangat cinta
inilah saat terakhirku
melihat kamu
jatuh air mataku
menangis pilu hanya mampu ucapkan
selamat jalan kasih
satu jam saja ku telah bisa
cintai kamu kamu kamu dihatiku
namun bagiku melupakanmu
butuh waktu ku seumur hidup
satu jam saja ku telah bisa
sayangi kamu dihatiku
namun bagiku melupakanmu
butuh waktu ku seumur hidup
dinantiku
st12-saat terakhir
****
Aga menitikkan air matanya saat menyanyikan lagu tersebut. Ia tersenyum dan turun dari panggungnya. Ia menghapus air matanya. Dan memeluk Stev. Stev menepuk-nepuk punggung aga pelan. Kini Fika yang naik ke atas panggung. Ia akan memainkan piano dan bernyanyi.
" lagu ini gue persembahkan buat Rio."
Takkan pernah habis air mataku
Bila kuingat tentang dirimu
mungkin hanya kau yang tau
mengapa sampai saat ini
kumasih sendiri
adakah disana kau rindu padaku
meski kita kini ada didunia berbeda
bila masih mungkin waktu berputar
kan ku tunggu dirimu
biarlah kusimpan sampai nanti aku
kan ada disana
Tenanglah dirimu dalam kedamaian
ingatlah cinta ku kau tak terlihat lagi
namun cintamu abadi
Kerispatih-mengenangmu
****
Fika turun dari panggung dan memeluk Zahra. Ia menangis sejadi-jadinya. Mengingat Rio dan mengenang semua tentang Rio. Zahra mengusap pelan punggung Fika. Stev dan Aga menghampiri Fika zahra dan Ivi.
" udah Fi. " ucap Stev menenangkan Fika. Fika menghapus air matanya.
" ayok. acara udah mulai selesai. Kita pulang." ujar Aga dan diangguki kelima sahabatnya. Mereka pun kini pulang kerumah masing-masing.
" Jika saat itu kau masih disini. mungkin kita bisa menjalani hidup bersama.Dan jika saat itu kau tak ikut itu semua. mungkin sekarang akan baik-baik saja. Dan jika kau masih hidup. Mungkin sekarang aku dan kamu menjadi kita."
*****
Rio at singapura
Sudah hampir 2 bulan anak kelas 5 SD dan mungkin kelas 6 SD ini terbaring lemah dikamar rawat rumah sakit ini. Ia kini berada diSingapura dan keadaannya mulai membaik. Setiap hari dokter selalu memeriksanya. Tak jarang Mamah dan papahnya selalu berbagi cerita.
Tiba-tiba jari jemari Rio bergerak perlahan. Dan matanya sedikit bergerak hendak dibuka. Rio membuka matanya perlahan. Cahaya lampu membuatnya sedikit menyipitkan matanya. Rio menyadarkan sadarannya. Ia sedikit bingung. 2 bulan dirinya tak melihat dunia. Kini Ia melihat sebuah tempat yang sangat tak asing bagi dirinya. rumah sakit. Ya Rio mencium dirinya berada dirumah sakit. Rio menatap kepenjuru ruangan. Tak ada siapa-siapa.
" Awww..." erangnya kesakitan saat ingin membangunkan tubuhnya. Ia sedikit merentangkan tangannya. Meregangkan otot-otot nya yang sudah lama tak bergerak. Rio sedikit memijit keningnya. Ia sedikit pusing.
CLLEEKKK
Tiba-tiba saja ada yang masuk dan membuat Rio kaget. Begitupula dengan orang tersebut yang sama kagetnya. Ia mengucek-nguceknya matanya tak percaya apa yang ada dihadapannya. Rio mengernyitkan keningnya bingung.
" sayang. kamu udah bangun nak?" tanya seseorang itu yang tak lain adalah mamah Rio.
" kamu siapa?" tanya Rio. Mamah Rio membelakakan matanya sangat dan sangat tidak percaya. Rio tidak mengenali ibunya sendiri setelah koma 2 bulan.
" ini mamah sayang. kok kamu lupa?" ucap mamah Rio bingung. Rio menatap wanita tersebut.
" mamah?"
" iya nak. ini mamah. kamu koma 2 bulan loh."
" koma? 2 bulan ?" Banyak pertanyaan yang berada dibenak Rio. Rio sedikit mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Otaknya tak bisa bekerja sama. Rio memegang kepalanya.
" AAARRRGGHH SAKITTT..."
" Rio.. rioo.. kamu kenapa nak?"
" SAKKITT...."
" DOK...DOKTERR..DOKTERRRR." Teriak mamah Rio panik. Dan datanglah 2 dokter lelaki. Ia pun segera menangani Rio yang kesakitan dibagian kepalanya. Dokter tersebut menyuntikan tubuh Rio agar sedikit tenang. Mamah rio kembali menangis khawatir kepada anaknya. Setelah Rio kembali dibius untuk tidur. kedua dokter tersebut lega.
" ada apa dengan anakku ? " tanya mamah Rio dengan bahasa indonesia. Karena dokter ini bisa berbahasa indonesia
"Rio mengalami sakit dikepalanya. Dan kemungkinan Rio amnesia untuk sementara." ucap dokter tersebut membuat mamah Rio kaget.
" amnesia dok?"
" iya amnesia. Tapi sementara . Jika ada yang membuatnya mengingat masa lalu mungkin dia akan mengingat semuanya." jawab dokter tersebut. Mamah rio menganggukkan kepalanya.
" yasudah. masih banyak pasien yang harus saya tangani. Saya permisi."
" baik dok. terimakasih."
" iya." Dokter tersebut meninggalkan Mamah rio yang sedang menatap anaknya khawatir. Ia kembali menangis dan memegang lengan Rio lembut. Mamah Rio teringat sesuatu dan mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang. Siapa lagi jika bukan menelepon sang suami. Tak butuh lama. Papah Rio segera masuk kedalam ruang rawat Rio. Dan menatap Rio dalam.
" Rio sudah sadar pah, tapi kata dokter dia amnesia." ucap mamah Rio sebelum sang suami menanyakan sesuatu.
" Amnesia mah?"
" iya pah." Mereka pun saling diam Tak ada yang bergeming. Kini anak mereka sudah sadarkan diri. Mereka sangat bersyukur atas sadarnya Rio.
****
Seminggu setelah Rio sadar. Rio sedikit mengingat siapa mamah dan papahnya. Kini ketiga orang ini sedang sibuk sarapan pagi dirumahnya yang berada diprancis. Rio sudah keluar dari rumah sakit  3hari yang lalu. Dan kini Ia sudah bisa berjalan kembali. Rio sangat senang kepada Mamah papahnya yang sayang padanya. Seminggu mamah papahnya selalu menemaninya dirumah. Dan seminggu lagi papahnya akan bekerja di luar negeri.
" oh iya pah, papah udah kasih kabar sama Bradiz?" tanya Rio. Pertanyaan Rio membuat papah Rio kaget.
" kamu masih ingat mereka?"
" masih lah pah. gak bakalan lupa diingatan Rio."
" em... kamu tidak boleh berteman dengan mereka lagi." Ucap papah rio. Rio sedikit kaget dengan ucapan papahnya.
" Kenapa? apa maksud papah?"
" waktu kamu koma 2 bulan lamanya. mereka tidak pernah menjengukmu. bahkan mereka tidak pernah perdulikanmu. Mereka pergi begitu saja setelah kejadian itu. Untung saja disitu ada mamah dan papah. jadi kamu terselamatkan." jawab papah Rio sangat berbohong kepada anaknya ini.
" Gak. Gak mungkin pah. mereka teman Rio. gak mungkin mereka kayak gitu sama rio." ujar Rio tidak percaya.
" mah?" Rio menatap mamahnya meminta penjelasan. Mamah Rio mengangguk pasrah.
" Kalau kau tidak percaya. silahkan hubungi mereka. Dan kamu akan mendengar jawaban pedas dari mereka." jawab papah Rio dan pergi begitu saja meninggalkan Rio dan mamahnya. Rio menggelengkan kepalanya. Ini sangat mustahil dan tidak mungkin teman-temannya itu tak perduli padanya.
" Mah. papah bohong ya? waktu koma Rio denger kok ucapan mereka. Rio masih inget kok mah." ucap Rio sedih. Mamah rio hanya diam dan memeluk anaknya ini. Ia bingung harus menjawab bagaimana.
" Mah. gak mungkin mereka kayak gitu sama Rio. "
" udah sayang. itu memang kenyataan. Ayok kita jalan-jalan." Ucap Mamah rio sedikit menenangkan Rio. Mamah Rio pun memanggil papah Rio dan mereka bertiga pun jalan-jalan mengelilingi kota Prancis.
Saat kembali kerumah. Mamah Rio segera masuk kedalam kamarnya. Kini diruang tamu tinggal papah Rio dan Rio yang sedang sibuk sendiri. Rio menatap papahnya yang sedang sibuk dengan ponselnya. Rio menghela nafas beratnya.
" Rio mau kita ke indonesia." ucap Rio. Papah Rio mengalihkan tatapannya kearah Rio.
" indonesia? tidak akan."
" ayolah pah. rio pengen sekolah disana."
" enggak ya enggak Rio."
" oke. " Rio tidak bisa membantah papahnya lagi. Ia kini pasrah harus tinggal di prancis selamanya.
" Kamu akan papah pindahkan ke indonesia nanti kelas 7 dan kamu mengubah namamu menjadi Adit." ucap Papah Rio tegas. Rio menganggukkan kepalanya pasrah. Ia pun berjalan gontai menuju kamar miliknya.
" maafkan papah nak."
FLASHBACK OFF
****
Cakka melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak perduli jika menabrak seseorang. Ia hanya ingin sampai ditempat tujuannya. Cakka mengambil ponselnya. Dan menelepon seseorang.
" Loe dimana?"
" di Lapangan."
" oke". Cakka mematikan sambungan teleponnya. Ia pun semakin melajukan kecepatan mobilnya. Karena jalanan sepi Jadi ia bisa leluasa membawa kendaraannya dengan cepat. Tangannya bergetar, hatinya berdegup kencang, Dan perasaannya sangat tidak enak. Ia panik serta emosi apa yang tadi Ia dengar.
Cakka sampai ditempat tujuan. Dimana Ia memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. Dan melihat teman-temannya berada didalam lapangan basket. Cakka turun dari mobilnya dan berlari menghampiri teman-temannya.nampaknya teman-teman Cakka sangat khawatir karena melihat Cakka sepertinya sedang panik.
" bro. kita harus ke markas sekarang!" ucap Cakka panik. Ia pun mengatur nafasnya.
" ngapain? bukannya kita udah janji gak bakalan kesana lagi?" tanya Ify
" iya gue tau. Tapi nanti disana gue bakal jelasin ke loe semua. ayok cepat." Cakka dan teman-temannya pun segera menaiki mobil masing-masing. Mereka bingung apa yang diucapkan lelaki bertubuh putih ini. Mereka hanya menuruti apa katanya. Dan kini mereka sedang menuju markas mereka.
Markas atau ruangan indoor basket.
cakka kembali membuka pintu itu. Sudah 5 tahun mereka tak membuka ruangan ini. Tetapi ruangan ini tetap bersih dan terjaga. Mereka berjalan perlahan menuruni tangga. Kenangan itu terukir kembali dibenak mereka. Kenangan yang sama sekali tidak akan mereka lupakan. Dimana saat sahabat mereka meninggalkan mereka . Dimana saat mereka berjuang melawan preman-preman itu. Dan dimana saat mereka bercanda gurau didalam ruangan ini. Yah, semua itu sangat berlalu dengan cepat.
Mereka kini sudah berada didalam ruangan yang berisikan senapan-senapan pistol. Mereka duduk dibangku yang sudah mereka siapkan sendiri untuk berdiskusi. Bahkan mereka sudah menyiapkan kasur lantai untuk 7 orang. Dan terkadang mereka menginap disini.
" Gue udah tau dia siapa!" ucap Cakka membuka suaranya. Teman-temannya tetap menunggu lanjutan ucapan Cakka.
" dia adalah orang yang dulu berarti dihidup kita. Dia yang dulu sering main disini. Dia yang dulu sering menjadi bahan kekesalan kita. Dia yang dulu menjadi adik kelas yang kita sayangi. Dia yang dulu orang yang gue benci. Dia yang dulu berbohong sama kita. Dia yang dulu meninggalkan kita. Dia yang dulu membuat kita bersalah selama 5 tahun itu dan mungkin hingga sekarang. Dia yang dulu sudah membuat kita menangis setiap mengingat dia. Dia yang dulu kini kembali lagi. Yah, Mario stevano aditya haling. Rio, Lelaki bertubuh tinggi yang dulu kelas 5 SD kini menjadi anak SMP kelas 9. Dia adalah Rio yang kita bangga-banggakan. Dan kini menjadi Adit. " jawab Cakka panjang lebar membuat kelima temannya itu menganga tak percaya. Mereka menatap Cakka. Cakka membalas tatapan mereka sedih. Apa yang diucapkannya adalah kenyataan. Rio yang ternyata kini mengubah namanya menjadi Adit ternyata masih hidup. Dan tak seorang pun yang tau dirinya. Hanya kedua orangtuanyalah yang tau tentang keadaan Rio.
" Rio? Adit? masih hidup?" tanya Ify tak percaya.
" Iya. Rio yang kini menjadi Adit."
" darimana nama Aditnya?" tanya Iqbal
" Mario Stevano ADITya. Adit itu nama belakangnya Rio. Dia mengubah semua hidupnya menjadi culun seperti itu. Dan mungkin waktu kemarin gue introgasi dia. Mungkin dia pura-pura lupa dengan gue. " jawab Cakka menatap kedepan.
" Gila. gue gak nyangka. ternyata Rio masih hidup. terus? yang diucapkan papah Rio dulu itu apa? dia mencoba berbohong dengan kita? " tanya Gabriel bingung. Ia sangat frustasi memikirkan ini
" mungkin kedua orang tua Rio terpaksa berbohong. Karena mereka gak mau anaknya terluka untuk kedua kalinya gara-gara kita. Ya gue akui memang kita yang salah. " ucap Cakka sedikit bersabar.
" terus ? sekarang apa yang kita lakukan?" tanya Shilla yang sudah sembuh dari sakitnya. Kini Ia menatap Cakka.
" Ya, mau gak mau besok kita harus seret Rio kesini. " jawab Cakka kembali. Mereka pun menganggukkan kepala mereka. Mereka kembali terdiam. Tak ada yang membungkamkan suaranya. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
" ternyata loe masih hidup. lihat apa yang akan gue lakukan.Mario."
*****
Seperti sekolahan lainnya. MUTIARA INTERNASIONAL SCHOOL kini sedang melaksanakan Kegiatan Belajar seperti biasa. Mereka belajar dengan tekun dan damai. Tak ada kata bising disemua kelas. Satpam-satpam pun dengan giat berkeliling menjaga sekolahan. Begitu juga Pak imam selaku pembersih disekolah ini. Ia juga sedang membersihkan lapangan upacara. Tak jauh dengan ibu-ibu kantin yang sedang bergosip ria sembari menunggu bel istirahat. Berbeda dengan kelas Adit yang bising dan tak mau diam. Murid laki-laki pun berlarian kesana kemari dan murid perempuan pun sedang berselfie ria ataupun bersendu gurau. Adit yang sibuk sendiri dengan bukunya acuh tak acuh dengan teman-temannya itu. Ia sangat rajin membaca bukunya setiap hari. Alvin yang duduk disebelahnya hanya bercanda dengan temannya yang duduk dibelakang.
" Hahhaa... yoi bro. gue sampai ketiduran nonton tuh film." ujar Alvin tertawa geli. Mereka kini sedang membicarakan film horor yang kini sedang mendunia.
" hahaha gue sampai ngibrit ke kamar pas tuh setan nongol depan tv. gimana gak kaget coba Vin! Tuh setan udah kayak beneran keluar dari tv ." Cerita Ray. Alvin dan Deva pun menatap Ray datar 
" Oh." jawab kedua anak ini dan kembali melakukan aktivitas. Ray mendesis kesal.
" ciishh dasar. lihat aja nanti."gumamnya
" Ray. ada cewek yang gue suka loh." curhat Alvin sambil menatap Ray berbinar-binar. Ray menatap Alvin datar. Dan mengucapkan kata 'Oh.' tanpa suara. Alvin mendesis kesal. Ia memukul Ray memakai bukunya dan kembali menghadap depan. Ray tertawa puas.
" HAHAHA emang enak? suruh siapa ?gue cerita cuma bilang Oh doang . Gantian wleekk.." ledek Ray mengeluarkan lidahnya. Alvin diam saja tak menengok kebelakang. Seperti Ia kesal karena Ray membalikkan kata-kata itu yang sebelumnya Ia ucapkan juga.
Adit menatap bukunya datar. Tak ada yang bisa Ia masukkan kedalam otaknya. Adit mengacak-acak Rambutnya frustasi. Ia menatap pintu kelasnya. Tak ada guru yang sama sekali masuk kedalam kelasnya. Adit kembali menatap buku fisikanya itu.Perasaannya kini sudah tak enak. Bahaya sepertinya sedang melanda dirinya.Adit semakin tidak tenang. Tatapannya tajam ke arah pintu kelas. Adit menatap sahabatnya itu yang kini ada disampingnya.
" Vin." panggil Adit pelan.
" hm..." dehem Alvin tak jelas.
" Vin..."
" Hhmmm..." Dehem alvin lebih kencang
" Vin..."
" hmm..heemmehemm emm emm em...." Dehem alvin lebih panjang lagi. Adit menatap alvin heran.
" kenapa loe?"
" Panas dalam. Minum adem sariii...." Ucap alvin cepat tanpa menengok.
" idih. gak jelas lu." ujar Adit sambil menoyor kepala Alvin tanpa dosa.
" loe yang gak jelas. kenapa Stevano?"
" gue pengen cerita. tapi... gak deh males. " jawab Adit Santai dan kembali menatap bukunya. Alvin menatap Adit datar. Adit yang merasa ditatap pun menoleh ke alvin. alvin mengangkat sebelah alisnya.
" kenapa loe? ada masalah? cerita aja sama gue. siapa tau gue bisa bantu!" ucap alvin dan menaruh ponselnya diatas meja. Posisi duduknya pun Ia hadapkan ke arah Adit. Adit menghela nafasnya
" Loe tau kak Cakka kan?"
" To the point aja."
" it's oke. Kak Cakka itu aneh. Kemaren dia ngajak makan di Cafe livia. Terus dia nanya-nanya gak jelas. Terus... blablabla..." ucap Adit menceritakan hal yang kemarin bersama Cakka dicafe tersebut.
" Bradiz ? siapa Bradiz?" tanya alvin heran.
" Bradiz itu nama geng waktu gue di SD ini dulu. Gue juga gak nyangka gue bisa sekolah lagi disini. Gue waktu itu gabung sama Bradiz pas kelas 5. gue sayang sama mereka. Walaupun mereka kakak kelas gue. Gue udah anggap mereka kayak keluarga gue sendiri. Gue paling dekat sama Kak Aga, Kak Stev dan Kak fika. Mereka bertiga udah kayak separuh nyawa gue sendiri. Kalau ada apa-apa dengan mereka. Gue duluanlah yang akan maju. " ujar Adit panjang lebar. Alvin mengangguk-anggukan kepalanya mengerti
" Terus ? sekarang Bradiz dimana?"
" Gue gak tau. Dulu sebelumnya Bradiz pernah ikut pertempuran gitu sama geng-geng lain.Bradiz melawan 5 geng sekaligus dalam sehari."
" Gila? melawan 5 geng dalam sehari? kuat gila loe sama teman loe itu." kaget Alvin
" Ya kenyataannya kayak gitu Vin. Bradiz sudah mengalahkan 4 geng. Dan geng ke 5..." Ucapan Adit terhenti begitu saja.
" geng ke 5 kenapa? pasti menang dong?"
" entah. gue masih ingat waktu itu gue sedang menonjok mr. boy yang katanya ketua geng tersebut. Dan tiba-tiba ada yang menembak tubuh gue dari depan. Beberapa kali. Dan disitu gue udah gak sadarkan diri." jawab Adit sedih.
" Nembak loe? jangan-jangan mereka diam-diam siapkan orang lain dibelakang mereka. Dan sasarannya loe." ucap alvin yakin. Adit menganggukkan kepalanya.
" mungkin. Dan sebelumnya nama gue Rio."
" Rio ? kenapa loe ganti nama?"
" Karena pas gue bangun dari koma .Gue udah ada dirumah sakit singapura. Dan pas seminggu setelah keluar dari rumah sakit. Kata papah gue. Bradiz gak sama sekali nolongin gue atau jenguk sekali pun. Jadi papah gue udah yakin sama keputusannya kalau nama gue sekarang Adit. Agar suatu saat nanti siapa tau gue ketemu anggota Bradiz. " jelas Adit
" em. tega banget Bradiz. kalo ketemu, gue bunuh tuh semuanya. Dikira koma itu enak? awas aja kalo misalnya ketemu. " gumam alvin tajam.Adit menelan ludahnya dalam. Ucapan dan tatapan alvin sepertinya tidak main-main
" emm iya vin."
" nama loe bagus juga Rio. Terus Rio sama Adit itu darimana asalnya tuh nama?"
" aiishh.. nama gue maRIO stevano ADITya. dari situ nama gue berasal" jawab Adit penuh penekanan dinamanya. Alvin manggut-manggut mengerti.
" terus ? "
" gue dulu itu anak yang brandal. Gak tau aturan. Suka malak. Berantem. Main pistol. Dan gue juga sering merokok. Tapi setelah gabung sama Bradiz gue jadi anak yang penurut. Gak suka malak. Berantem tau aturan. Dan jarang merokok. Karena kak Stev suka bilang. " anak kecil kayak loe gak boleh ngerokok. jantung loe nanti rusak. siapa yang akan ribet? kita. Orang tua loe. Dan loe tau sendirikan? loe gak mau ngeribetin siapa aja dihidup loe. " Dan gue masih inget kok kata-kata itu. Bahkan sampai sekarang gue inget. Dulu sebelum gue resmi jadi anggota bradiz. Kak Stev lah yang pertama ngajak gue gabung dan dia yang ngajarin gue segala hal. Dari hapus semua kecuekan gue sama orang lain. Saling tolong menolong. Baik hati. murah senyum. semua deh. Tapi setelah gue tau mereka kayak gitu. Gue benci sama mereka Vin. Sangat benci." Ujar Adit tanpa jeda. Alvin menatap Adit dalam. Betapa indah persahabatan mereka. Dan suatu hal lah yang memisahkan mereka seperti itu.
" Loe dulu suka megang pistol? ngerokok? berantem? Gila. bukan loe banget tuh. Sekarang lihat diri loe! Cupu. jelek.cungkring lagi." ledek Alvin seenaknya. Adit menatap alvin tajam.
" hehhe.. bercanda yo." cengir alvin.
" ehm.. Iya. itu emang bukan gue banget. Tapi dulu gue gitu kok hehehe.." cengir Adit. alvin mengernyitkan dahinya.
" terus? loe sekarang masih bisa main pistol?"
" Sedikit."
" Nah. kalau loe dulu kayak gitu lebih baik loe ubah sekarang gaya loe kayak Rio hehhe.. Kan keren Dit. Eh ngomong-ngomong gue manggil loe Rio ya? si Adit mah jelek. cakepan juga Rio ." ucap Alvin
" Aiishh... Belum waktunya Vin. Sampai gue ketemu mereka. Baru deh gue ubah semuanya. Gue akan membongkar diri gue yang sebenarnya. loe tetap manggil gue Adit. Karena kalo loe manggil gue Rio gue takutnya loe diintrogasi sama Bradiz. Mungkin salah satu dari mereka sekarang sekolah disini dan loe tau sendirilah akibatnya? loe juga termasuk dalam hal itu jika loe manggil gue Rio."jawab Rio. Alvin mengangguk-anggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan Adit benar. alvin meski hati-hati jika Ia salah manggil akibatnya Ialah yang akan diintrogasi oleh Bradiz. Yang kemungkinan masih berada disekolahan ini.
bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar