Minggu, 09 Agustus 2015

YOU AND ME? THEN HIM? PART 2

Guys gue bawa cerbung part 2 nya nih ... Jangan lupa like dan commentnya..

Dan klo mau nanya-nanya atau apa ke twitterku saja ya sekalian follow ;;) @santi_NRG

" Maaf kalau ada kesamaan KATA,ALUR CERITA,NAMA DLL. Maaf banget ya?"

Langsung aja nih

YOU AND ME ? THEN HIM? #2

" kenalin gue.. Cakka. nama loe siapa?" tanya lelaki berbadan putih itu. Adit membalas jabatan tangan lelaki itu. Ia tersenyum sebentar.

" nama aku Adit kak." jawab adit

" oh. kelas 9 apa?"

" 9b kak."

" ikut eskul apa?"

" musik kak."

" ohh..." seketika itu keadaan pun menjadi hening. Anak berseragam SMA itu pun memandang kedepan. Begitupula dengan lelaki berseragam SMP , Ia memandang kepenjuru sekolah. Mencari sosok lelaki bermata sipit itu. adit pun bangkit dari duduknya dan disusul oleh Cakka.

" kak. aku mau cari temen aku dulu ya? " izin adit begitu sopan.

" okelah. " Mereka pun berpisah. Adit mencari sosok Alvin yang ternyata sedang duduk di depan kelas sekolah SMA ini. Adit mendatangi Alvin dengan mengendap-endap. Ia melangkahkan kakinya pelan. Dan sangat pelan. Hingga tak terdengar sama sekali.

DOOORRR.

" kodok eh kodok" latah Alvin begitu saja dan membuat adit tertawa keras. alvin menepuk jidatnya. Malu yang sekarang Ia rasakan dan latahannya itu dengan berteriak dan sangat jelas. Untung saja sekolahan ini sepi. Karena SMA ini sejak beberapa menit yang lalu sudah membunyikan belnya dan berbeda dengan SMP mereka yang akan membunyikan belnya lebih lambat.

" sialan loe Dit. bikin kaget orang aja. untung sepi." marah alvin kepada adit. Adit yang dimarahi alvin malah menertawakannya lagi dan lebih keras. Adit memegangi perutnya yang sudah sangat geli mendengar latahan dari alvin dan melihat ekspresi wajah alvin yang marah kepadanya.

" tawa mulu loe." ucap alvin

" haha.. habisnya loe lucu vin kalo marah. baru tau gue." ucap adit dan merebut kacamatanya dari tangan alvin. Segeralah Ia memakai kacamatanya kembali. alvin mendengus kesal.

" ayo. balik kekelas. nanti ada guru aja. mati loe." ucap Alvin dan berjalan meninggalkan adit yang terus-terusan menertawainya.

****

MUTIARA INTERNASIONAL SCHOOL

Sekolahan bertingkat dan bergedung 3 ini pun sangat terkenal diJakarta. Tak banyak para manusia yang berdecak kagum melihat sekolahan ini. Ingin rasanya mereka menepati sekolahan besar ini. Disekolah ini terdapat 3 gedung untuk 3 sekolah sekaligus. SD, SMP, maupun SMA. Ekstrakurikulernya pun sangat lengkap. Ada basket,musik,dance, panduan suara,futsal Dll. Sebetulnya gedung ini terdapat 5 gedung yang digunakan untuk basket indoor ataupun aula sekolah. Dan satunya lagi untuk ruangan UKS dan untuk rapat eskul.

Dan didepan gedung ini terdapat lingkaran air mancur yang indah untuk dilihat. Beserta disamping kiri kanan juga terdapat tanaman hijau yang nampak segar. Seperti sudah dirawat dengan baik. Disamping kiri juga adalah tempat perparkiran mobil maupun motor yang sudah diatur. Dan sebelah kanan gedung juga terdapat kursi-kursi yang ada dibawah pohon mangga membuat sekolahan ini sangat nyaman dan terlihat sangat bersih.

Tak jauh dari tempat kursi-kursi panjang itu juga terdapat sebuah lapangan basket ataupun futsal yang disediakan secara outdoor. Didepan lapangan basket juga terdapat lapangan khusus untuk upacara hari senin dan hari-hari penting lainnya.

*****

Bel istirahat sudah berbunyi 3 menit yang lalu. Tetapi ketiga gadis ini tetap diam dibangku kelasnya. Mereka sedang sibuk dengan aktivitas mereka. Ify yang sedang memainkan game pun menaruh ponselnya diatas meja. Dan menatap teman-temannya yang sedang sibuk dengan ponsel masing-masing.

" kantin yuk." ajak Ify. Sivia. teman ify itupun mengangguk tanpa mengalihkan wajahnya. Shilla. Teman Ify yang satu lagi pun tetap diam.

" yaudah... ayokk.." ajak Ify lagi. Mereka pun segera kekantin tanpa melepaskan tatapan mereka dari layar ponsel. kecuali Ify.

Banyak sekali anak SMA maupun SD dan SMP yang sedang berada dikantin. Kantin yang begitu sangat luas diisi dengan penjual-penjual makanan dan minuman yang sudah diizinkan oleh pemilik sekolah ini. Tak jarang para murid -murid pun berebut mencari bangku. Begitu pula dengan Ify, Sivia dan Shilla.

" gila. kantin kita disatuin?" tanya Ify.

" iya Ify. dari dulu kali." jawab Sivia.

" terus kita mau duduk dimana ? kalau kantin penuh kayak gini?"

" em.. oh iya disana. Cakka sama Gabriel cuma berdua tuh." usul Shilla yang melihat teman lelakinya itu.

" oh yaudah yuk." mereka pun berjalan pergi ke meja yang orang disebutkan oleh Shilla.

BRAAKK...

BBYYUURR..

" Maaf.."

Ketika ingin berjalan, Tiba-tiba seorang murid SMP tak sengaja menabrak Ify dan menumpahkan air minumnya. Ify Menatap seragamnya yang tadi berwarna putih kini berwarna orange. Ia menatap lelaki didepannya ini yang menundukkan kepalanya.

" HEH. KALAU JALAN TUH LIHAT-LIHAT DONG. NIH BAJU GUE JADI KOTOR" Teriak Ify memarahi lelaki itu. Teriakan Ify mampu membuat seluruh murid mengarah padanya dan lelaki SMP itu. Ify mendorong tubuh lelaki itu dengan keras. Karena lelaki ini sedari tadi diam dan tak membalas ucapan Ify atau sekedar minta maaf.

" Minta maaf gak?" suruh Ify sembari memegang telinga lelaki ini dengan kasar.

" maaf kak. aduhh ampuunn..." ucap murid SMP itu mengadahkan wajahnya menatap Ify. Ify sedikit tersentak apa yang ada dihadapannya. Ia pun menyadarkan dirinya.

" dasar cupu loe. "

" udahh Fy, kasihan gue lihatnya. Udah dong maafin aja." suruh Sivia

" enak aja loe. baju gue nih sasarannya."

" tapi Fy, dia kan gak sengaja. mungkin."

" diem deh loe."

" ammppuunn kak. gak sengajaa.." jawab lelaki itu memberanikan dirinya.

" Apa? gak ada ampun buat loe. Loe udah bikin baju gue kotor. "

" Kan cuma baju kak. Bukan muka lu." jawab lelaki itu.

" HEH. LOE BERANI SAMA GUE HAH?" Teriak Ify lagi dan menarik telinga lelaki berbaju SMP itu.

" Maaf.. kak ampuun..." jawabnya lagi

" iishh.." Ify melepaskan tangannya dari telinga sang lelaki. Ify menggenggam kasar kerah baju lelaki itu dan menatapnya tajam.

" awas loe kalau ngelakuin lagi sama gue. gak segan-segan gue bakal mutilasi loe. ngerti?" ancam Ify dan melepaskan genggamannya dengan keras. Ia pun menabrak bahu lelaki itu dan meninggalkannya begitu saja.

*****
Lelaki ini ini pergi berlari sekuat mungkin. Ia menatap ke arah belakang dan terdapat 2 lelaki lagi yang mengejarnya. Ia tetap berlari melewati koridor-koridor sekolah yang sudah sepi. Ia kembali menatap lelaki -lelaki itu. Keringat bercucuran didahi dan lehernya membuat kerah baju miliknya sedikit basah. Rambutnya yang gondrong menari-nari seiring dibawa angin. Ia menatap arah depan. Arah gerbang sekolah masih sangat jauh. Kakinya sudah sangat lemas tetapi Ia tetap berlari menjauhi kedua lelaki-lelaki itu. Ia melihat kembali ke arah belakang dan melihat lelaki-lelaki itu sangat jauh darinya. Ia pun membelokkan larinya mengarah ke lapangan indoor basket dan menutup rapat-rapat pintu ruangan ini. Ia mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangan. Tak ada siapa-siapa disana. Karena  1jam yang lalu adalah dimana sekolahan ini sudah dibubarkan seperti biasa. Ia mengatur nafasnya. Lelaki ini kembali berlari setelah mendengar derap langkah seseorang yang sepertinya menuju lapangan didalam ruangan ini. Ia pun pergi menuju kursi-kursi penonton yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Lelaki ini pun menempelkan dirinya pada tembok dan berjalan perlahan-lahan. Lelaki ini pun melihat sebuah pintu yang berada dibelakang kursi-kursi. Ia membuka pintu itu dan masuk kedalam sana. Ia melihat tangga yang menurun dan sangat panjang. Ditambah sedikit lampu-lampu yang menerangi ruangan ini.

" DIMANA ANAK ITU?" ucap seseorang membuat lelaki ini memasukkan dirinya lebih dalam dan menutup pintu itu. Ia menatap kembali tangga menurun itu. Ingin rasanya Ia menuruni tangga itu. Ia pun melirik jam yang ada ditangannya. Kemungkinan Ia pulang malam jika harus menuruni tangga itu. Ia pun menggelengkan kepalanya dan dengan keberanian yang kuat lelaki ini menelusuri tangga itu. Semakin ke dalam semakin gelap. Ia segera mengeluarkan ponselnya dan menyalakan layar ponsel untuk menerangin tempat ini. Ia semakin dalam menuruni tangga ini. Dan rasa penasarannya pun semakin tinggi. Belum satu jam Ia pun sudah dikejutkan dengan sebuah pintu berbesi. Dan disampingnya terdapat tombol-tombol yang sepertinya ruangan ini sudah diberi password.

Lelaki ini mengarahkan tangannya untuk menekan tombol ini. Tetapi Ia tak tau apa password sekolahannya.

" passwordnya apa?" tanyanya pada diri sendiri. Ia sedikit teringat akan tanggal ulang tahun sekolahnya. Ia pun menekan tombol itu.

" 121088"

nomor yang ada ketik. salah

lelaki ini terkejut dengan suara yang ada disana. Ia pun kembali mengingat apa passwordnya. Ia pun mencoba memakai nama-nama guru dan tetap saja salah. Ia semakin frustasi dan mengacak-acak rambutnya. Lelaki ini kembali teringat akan tanggal lahir dirinya. Dengan iseng Ia mencobanya.

Lelaki ini terdiam cukup lama. Ia mematung dan tak menyangka Ternyata password itu benar.

" apa gue yang punya sekolahan ini? sampai-sampai sekolahan ini pakai password tanggal lahir gue! cishh mengharukan." ucap lelaki ini. Ia pun tak perlu memikirkan ini panjang-panjang. Segeralah pintu itu terbuka dengan sendirinya. Dan Ia melihat sebuah lorong yang sangat gelap. Lelaki ini menelan ludahnya dalam. Ia kembali menyalakan ponselnya dan menerangi tempat ini. Ia berjalan mengikuti arah lorong itu. Dan Ia mendapatkan pintu kembali. Segeralah Ia buka pintu itu. Ia memasuki ruangan ini dan betapa terkejut dirinya melihat isi ditempat ini.

****

Ify melangkahkan kakinya menuju kelas. Ia mengedarkan pandangannya ternyata sekolahan ini sudah ramai. Ia memakai cardigan biru miliknya dan seperti biasa Ia memakai kacamata wayfarer. Tak lupa dengan ponsel yang selalu Ia bawa kemana-mana. Dan tas gendong yang sengaja Ia gendong bahu kirinya. Ia pun memasuki kelasnya Dan terdapat Sivia yang sibuk dengan ponselnya.

" Vi. " panggil Ify. Sivia pun mengadahkan wajahnya.

" eh iya Fy, Shilla gak masuk." ucap Sivia sedih.

" kenapa?"

" Sakit."

" yaudah. nanti kita jenguk ya?"

" gue gak bisa Fy. ada urusan." jawab Sivia

" urusan apa sih? paling juga pacaran sama Gabriel." ucap Ify seenaknya. Sivia menatap Ify tajam.

" apa? tatap-tatap?" tanya Ify melototkan matanya kearah Sivia.

" apaan sih Fy? Gabriel bukan siapa-siapa gue."

" halah.. tapi loe suka kan?"

" iya sih hehehe..." Ify menggeleng-gelengkan kepalanya. Sivia mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas. Ia mencari sosok pujaan hatinya.

" pujaan hati gue mana ya?" tanya Sivia tanpa mengalihkan wajahnya. Ia pun menatap bangku sang pujaan hatinya itu.

" belom dateng kali." jawab Ify santai. Ia pun sibuk dengan dunia mayanya. Sivia tiba-tiba bangun dari duduknya dan keluar kelas.Ia berdiri diambang pintu seperti menunggu seseorang. Dilihatnya dari kejauhan. orang yang ditunggu Sivia pun datang. Sivia sedikit speechless sendiri dan berusaha untuk santai didepan orang itu. Semakin lama semakin dekat.  Dan kini Ia ada didepan gadis ini.

" Vi. ngapain loe disini?" tanya seseorang itu yang ternyata Gabriel, sang pujaan hati Sivia. Sivia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan dan tak berani menatap mata elang Gabriel.

" nungguin gue ya?" tanya Gabriel PD. Sivia mendongakkan kepalanya dan sedikit meninju lengan gabriel.

" Geer." gumam Sivia pelan.

" kok merah?" tanya gabriel membuat pipi Sivia semakin memerah.

" apaan sih? enggak tau."

" merahh tuuh ihh merahh.." ucap Gabriel sambil mencubit kedua pipi Sivia. Sivia memukul kasar bahu Gabriel. Membuat lelaki tinggi ini sedikit terdorong kedepan. Gabriel menatap Sivia tajam.

" loe cewek kasar banget sih."

" lagian loe ngeselin."

" tapi suka kan?" goda gabriel dan membuat pipi Sivia kembali memerah.

" Apaan sih Iel? Geer banget."

" yaahh... bohong nih.. "

" Gak.." Sivia pun langsung masuk kembali kedalam kelas dan meninggalkan Gabriel. Sivia kembali duduk disamping Ify yang sedang asik bermain game diponselnya. Sivia melihat Gabriel memasuki kelas juga dan menatap Sivia. Sivia membalas tatapan Gabriel.

TRIINGG

Gabriel mengedipkan sebelah matanya kearah Sivia. Sivia segera mengalihkan tatapannya ke arah lain Dan menunduk malu. Sedangkan Gabriel sudah tertawa senang dibangkunya. Sivia menutup matanya. Malu sekali yang Ia rasakan. Ify yang melihat ekspresi Sivia pun menyenggol lengan Sivia.

" kenapa loe?" tanya Ify

" enggak hehe.."  Ify kembali memainkan ponselnya dan bermain game kesukaannya.

****

Adit memasuki dirinya kedalam kelas. Ia melihat alvin yang sedari tadi diam memainkan dadu berwarna-warni itu. Adit menghampiri alvin. Ia pun duduk disamping lelaki bermata sipit itu dan menaruh tasnya. Ia menatap alvin yang sepertinya sedang senyum-senyum sendiri

" kenapa bro?"

" gue kemarin lihat. kakak kelas yang loe tabrak itu. Dan dia bawa temennya kan? kayaknya gue kasmaran deh Dit."

" maksud loe? loe suka sama cewek yang gue tabrak itu?"

" loe bego apa gimana sih Dit? temennya cewek yang loe tabrak." jelas Alvin merasa gemas juga kepada lelaki itu

" ohehehe... loe suka sama dia?"

" hehehhe.."

" gue bantu deh. ayok sekarang kita ke sekolah SMA." Ajak Adit antusias dan semangat 45

" ngapain?"

" mungutin sampah. Ya ketemu kakak kelas yang tadi loe sebutkan..aiishh alvin. bodohnya dirimu."

" ehehe.. iya ayok-ayok.." Mereka berdua pun beranjak pergi meninggalkan kelasnya. Adit maupun Alvin berjalan santai menuju koridor SMA. Tak banyak para anak SMA menatap kedua anak SMP ini yang memberanikan diri ke koridor SMA. Apalagi banyak gadis-gadis yang memandang Alvin terkagum-kagum. Karena Gaya Alvin lebih sebanding anak-anak lainnya dari pada gaya Adit yang selalu memakai kacamata Dan baju yang selalu rapi. Sedangkan Alvin Ia memakai seragamnya yang sengaja Ia keluarkan.

Tak sengaja Adit ataupun alvin memandang kakak-kakak SMAnya yang sedang dikerubuni oleh banyak gadis-gadis ataupun teman-teman lelaki mereka.Adit memberhentikan langkahnya begitu pula dengan alvin.

" populer. " gumam Adit. alvin menengok ke arah Adit. Alvin menyinggungkan senyum tipisnya dan merangkul adit.

" loe pengen gak? kayak mereka? populer? banyak yang menyukai? anak basket? futsal? bisa nyanyi? bisa main alat musik? dikasih sesuatu sama fans loe? ganteng? keren? putih? segalanya deh bisa. " ucap alvin. Adit tak menjawab pertanyaan Alvin dan tetap menunggu lelaki bermata sipit itu melanjutkan ucapannya.

" Kadang kepopuleran itu bisa bikin kita semangat lagi. Banyak yang support. Banyak yang kasih hadiah. Ataupun sekedar ucapan. apalagi kalau punya pacar. Kemungkinan kepopuleran itu akan semakin meningkat dan mengubah semua hidup loe Dit. Gue disini memang gak populer. Jujur. Gue pengen populer kayak mereka. Tapi bukan sekarang. Suatu saat. Gue akan mengubah semua hidup gue. mulai dari phobia gue yang takut sama hewan kecil, gue yang gak suka makan udang. Ataupun makanan jepang. Bahkan gue bakal ngerubah gaya gue. dari rambut sampai kaki. Gue yakin. Kepopuleran itu gak sekedar gaya-gayaan ataupun pamer ini itu. Tapi kepopuleran kita bisa membuat kita bisa lebih semangat lagi menjalani hidup. Apalagi kalau banyak teman, sahabat, saudara, dan yang lainnya. Loe pengen populer? " lanjut Alvin panjang lebar dan melontarkan pertanyaannya ke adit. Adit menatap Alvin dalam.

" gue gak tau Vin. Kadang gue ngerasa kalau gue itu gak bisa populer kayak mereka. berbeda sama anak yang lain. Mereka senang-senang dengan kawannya. Sedangkan gue? senang-senang dengan buku. Gue takut. Kalau gue populer nanti, buku-buku itu gue anggurin. Dan lebih mementingkan mereka-mereka dibanding buku itu. Karena menurut gue, Buku itu jabatan ilmu. Dimana pun kita berada,kapan pun dan dimanapun. Kita harus membaca buku itu. Bukan sekedar membaca, Dipahami dan dimengerti apa inti dari soal buku itu. "

" hmm... Jadi intinya loe gak mau populer kayak mereka?" tanya alvin memastikan.

" bukan. bukannya gue gak mau. Tapi, gue gak bisa. gue hanya takut"

" gini Dit. Loe bisa kok populer. lihat diri loe? manis? iya. ganteng? lumayanlah. tinggi? udah kayak tiang listrik. badan? cungkring Hahahaha..." tawa alvin membuat matanya semakin menghilang (?)

" ini loe muji gue apa ngehina nih?" tanya Adit menatap alvin tajam. Yang ditatap pun cengar cengir tidak jelas.

" Canda dit. Dan kemungkinan kalau loe populer. Rubah nama panggilan loe." usul Alvin menganggukkan kepalanya mantap. Sedangkan Adit hanya mengangkat sebelah alisnya.

" rubah nama panggilan?"

" yaps.. "

" okedeh. akan gue pikirkan nanti. Dan sekarang kita ke kakak kelas loe itu. dimana kelasnya dia?" tanya Adit. Alvin menggarukkan tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

" kagak tau Dit hehe..." cengir Alvin

" iisshh... bego loe."

" aha. gimana nanti istirahat aja. siapa tau kita ketemu dia."

" ck. yaudah. balik kelas." Mereka berdua pun kembali ke sekolah SMP dan kekelasnya.

Kelas ini begitu sepi. Adit mengedarkan pandangannya bingung. Begitupula dengan Alvin. Adit menatap alvin yang sibuk dengan ponselnya dan cekikikan sendiri.

" Vin. mereka pada kemana?" tanya Adit bingung.

" entah. kantin nyok.." ajak alvin. Ia pun menarik lengan Adit pergi dari kelasnya.

****

Kantin ini kembali penuh dengan murid-murid. Dimana murid-murid itu memakai seragam putih biru dan putih abu-abu. Mereka sedang berkumpul-kumpul dikantin yang luas ini. Mereka lebih leluasa memilih bangku kantin karena murid berseragam putih merah itu sudah membunyikan bel masuknya sejak beberapa menit yang lalu.

" Lah.. bentar lagi masuk Vin." ucap Adit saat mereka sudah berada dikantin. alvin diam saja dan menuju tempat yang kosong. Ia pun menarik Adit dan dudik disana. Adit menatap alvin dan penjuru sekolah. Bingung, apa yang sedang terjadi.

" Guru kita rapat Dit, gak usah kayak orang bego deh." ucap alvin menjawab kebingungan Adit. Adit menganggukkan kepalanya dan merasa lega. Ia pun memesan makanan begitupula dengan Alvin. Dilihatnya seluruh kantin. Jika seluruh SMP dikosongkan jam pelajarannya lalu SMA? Itulah pertanyaan yang kini ada dibenak Adit. Ia pun menatap alvin

" guru kita rapat kan? kok anak SMA pada enggak masuk kelas?" tanya Adit lagi. Alvin menyimpan ponselnya dimeja dan mengedarkan pandangannya kepenjuru kantin.

" mungkin mereka merasakan hal yang sama." jawab Alvin dan kembali memainkan ponselnya.

" oh iya Vin. gue mau ngomong nih."

" terus daritadi loe ngapain Dit? mijitin gue?"

" hehehe... gue serius"

" yaudah apaan?"

" loe tau tempat lapangan basket indoor?"tanya Adit sedikit hati-hati

" hmm..."

" loe tau kan tempat itu buat apaan?"

" buat ibu-ibu kocok arisan. "

" lah... buat main basket Vin."

" lagian . udah tau masih aja nanya."

" oke. kita ke inti. Didalam sana gue seperti lihat pintu yang berada dibelakang kursi-kursi Vin." Ucap Adit serius. alvin pun menatap Adit dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia merasa topik bahasan Adit sangat menarik.

" ajaib. pintu ajaib. ada ya? pintu dibelakang kursi-kursi penonton itu?"

" gue serius Vin. Pas gue buka. loe tau apa yang terjadi? gue lihat tangga panjang banget Vin. Dan gue ngerasa kalau itu tempat ruang bawah tanah yang disembunyikan oleh pihak sekolah. Dan gue ngerasa lapangan indoor itu jarang dipake. Buktinya setiap ada turnamen basket antar SMP dan SMA selalu di outdoor. iya kan? coba deh loe bayangin. Betapa anehnya sekolahan kita. Dan kakak kelas kita selalu mainnya di outdoor gak pernah indoor. Pasti sekolahan kita ada apa-apanya Vin. makanya gue curiga sama sekolahan ini."

" ehmm... menurut otak gue. Sekolahan kita ada sesuatu yang mengganjal. Gimana kalau kita sekarang ke lapangan indoor itu?" usul alvin. Adit sedikit berfikir.

" jangan dulu deh. lebih baik kita tanya aja sama kakak-kakak kelas kita."

" yaudah yuk kita tanya sama... tapi sama siapa?"

" enngg... aha gue tau..ayok ikut gue." Adit menarik lengan Alvin. Alvin yang bingung dengan ucapan Adit pun hanya mengikuti apa kata pria didepannya ini. Adit menghampiri sebuah perkumpulan anak SMA. Ia sedikit menunduk begitupula dengan alvin. alvin merutuki kelakuan Adit yang sangat memberanikan dirinya untuk menghadap kakak-kakak SMAnya ini.

" em.. Kak Cakka.." panggil Adit. Lelaki yang bernama Cakka itupun menatap Adit dan mengangkat kedua alisnya.

" apa dit?"

" boleh nanya gak?"

" ohh silahkan. dengan senang hati."

" tapi kita bisa bicara 4 mata?"

" heh ! loe mau nembak gue hahha.." tawa Cakka dan ditertawai oleh teman-temannya. Adit tersenyum simpul. Cakka pun membangkitkan tubuhnya dan menatap Adit. Adit menganggukkan kepalanya. Mereka bertiga pun menuju taman yang sengaja dibuat oleh sekolahan dibelakang kantin. Dan mereka duduk di rerumputan hijau.

" ini namanya 6 mata dit hehe.." cengir cakka. Adit ikut menyengirkan giginya.

" oh iya. kenalin kak. ini alvin, temen sekelas adit." ucap Adit mengenalkan alvin kepada Cakka.

" gue Cakka bro. santai aja. gak usah nunduk gitu." ujar Cakka membuat Alvin mengadahkan wajahnya menatap Cakka. Cakka menaikkan alisnya keatas.

" iya kak."

" em.. Dit. ada apa ya?"

" gini kak. kemarin adit dikejar.. em maksudku kemarin adit gak sengaja masuk ke dalam lapangan basket indoor. Terus gak sengaja lihat pintu. Adit iseng aja buka pintunya. ada tangga kak. panjang banget  terus..."

" gak usah dilanjutkan. gue tau kok." jawab Cakka memotong ucapan adit. Adit menatap Cakka meminta penjelasan yang lebih detail lagi.

" Suatu saat loe bakal tau kok jawabannya. Gue disini hanya kasih saran buat loe. Jangan pernah masuk kedalam sana lagi. karena loe gak bakalan bisa buka kunci itu." ucap Cakka. Adit mengernyitkan keningnya.

" adit tau kok kak." Ucapan adit mampu membuat Cakka shock. Cakka menatap adit lekat. Adit memicingkan matanya ke arah lain. Tak mau menjadi bahan Introgasi lelaki didepannya ini.

" yaudah kak. aku sama alvin kekelas. yukk.." Adit segera bangkit dari duduknya dan menarik alvin untuk pergi dari sana. Setelah kepergian adit. Cakka segera bangkit dan berlari sekencang mungkin menuju suatu tempat.Yah, yang tak lain adalah kantin. Ia hanya ingin memberitahukan ini kepada teman-temannya yang dulu bersekolah bersama dirinya hingga kini.

****

Ify dan Sivia sibuk memainkan apa yang mereka mainkan. Makanan dan minuman mereka pun sudah habis dilahapkan. Ify yang sibuk dengan ponselnya pun mengambil minumnya. Ify merasakan suatu keganjalan. Ia pun menatap jus nya yang sudah habis.

" pantesan aja gak kerasa airnya. habis." gumam Ify dan melempar gelas plastik itu kesembarang tempat. Ia kembali sibuk dengan dunia mayanya. Dimana gadis ini sedang membuka twitter miliknya.

@Ifyalyssa
sekolahan udah kayak apa ini? cuma nongkrong dikantin sama @azizahsivia . tapi asik juga sih

@ashillazhrtiara
sick. kepala pusing banget

@Ifyalyssa
getwellsoon my hanny ;* @ashillazhrtiara banyak istirahat ya sayang;* nanti pulang sekolah gue jenguk ^^

Setelah puas dengan dunia mayanya, Ify segera bangkit dan memesan minum untuknya dan sivia. Sivia yang membiarkan sahabatnya pergi itupun tak menatap sama sekali. Ia sangat serius menatap layar ponselnya. Ify kembali dengan membawa 2 gelas jus jeruk dan strawberry kesukaan Sivia.

" nih Vi. oh iya loe beneran nanti gak jenguk shilla?" tanya Ify sambil menaruh jus milik sivia. Sivia memasukkan ponselnya kedalam saku bajunya dan meminum jusnya.

" Engga Fy, sorry Ya. gue ada urusan."

" urusan apa?"

" gak tau nih. tadi mamah gue bilang. pulang sekolah harus cepet pulang jangan kemana-mana dulu." jawab Sivia.

" kenapa engga bilang aja loe mau kerumah Shilla ?Shilla kan lagi sakit."

" gue udah bilang. tapi mamah masih aja ngotot."

" jangan-jangan loe mau dijodohin ."

" apaan sih Fy? ya enggaklah. gue kan masih SMA. ogah gila dijodohin kayak gitu. dikira ini jaman siti nurbaya?"

" siti badriah Vi. ahahhaha." tawa Ify menggelegar. Sivia juga ikut tertawa.Mereka pun saling diam. Tiba-tiba datanglah Cakka,Gabriel, dan iqbal ke meja kantin Ify dan Sivia.

" pujaan hati loe tuh." bisik Ify dan lengannya sedikit dicubit Sivia.

" Fy,Vi." sapa Cakka dan duduk disamping Ify. Begitupula iqbal dan gabriel yang duduk diantara sivia.

" Kita harus bicara nih sama kalian berdua. tapi Shilla mana?" tanya Cakka bingung tak melihat satu sahabatnya itu.

" dia sakit Cakk. Katanya sih pusing." jawab Ify seadanya.

" nanti kita jenguk. Hmm.. loe berdua inget gak? kita dulu SD sering nongkrong. gue, loe Fy,Via,iqbal,Iel, shilla dan satu adik kelas yang gue benci. loe tau siapa itu?" tanya Cakka kembali ke topik utamanya.

" Rio." jawab Ify memastikan.

" yah, Anak itu. Loe tau dia dimana?"

" kan dia udah meninggal Cakk ? ngapain sih kita bahas dia." tegas Ify merasa tak enak membahas masa lalu.

" gue mau ngebahas dia. karena... keadaan kita terancam." tegas Cakka membuat keempat temannya ini mengernyitkan keningnya dan sedikit kaget.

" terancam gimana maksud loe cakk?" tanya Gabriel yang belum tau apa-apa. Cakka mengedarkan pandangannya dan melihat sosok yang Ia tunggu sedari tadi.

" Sini. loe lihat anak yang pakai kacamata dipojok sana. Dia lagi baca buku. Nama dia Adit. " ucap Cakka dan menunjuk kedua lelaki yang sedang duduk dipojokkan kantin.

" terus? "

" itu kan anak yang kemarin nabrak gue." ucap Ify. Semua mata menarah kepadanya. Ify menggaruk telinganya yang sama sekali tidak gatal.

" lanjut Cakk.."

" Dia tau tempat markas kita." ujar Cakka membuat mata ke 4 temannya melotot dan shock. Ify menggeleng-gelengkan kepalanya tak mungkin. Sivia menutup mulutnya tak percaya. Sedangkan Gabriel dan Iqbal menatap Cakka tak percaya. Cakka mengalihkan wajahnya menatap ke empat sahabatnya itu.

" bahkan dia tau password markas kita." ucap Cakka kembali membuat keempat sahabatnya ini merasa tak bernafas lagi. Mereka sangat dan sangat tidak percaya apa yang sudah terjadi.

" be..berarti.. dia.. Rio?" tanya Ify terbata-bata.

" nama dia Adit. bukan Rio. Tapi dari postur tubuhnya sangat mirip. yang membuatnya beda adalah Adit pakai kacamata dan kutubuku. sedangkan Rio dia sama sekali gak pernah buka buku. apalagi pas dia gabung sama kita."

" Gue harus introgasi anak itu. Dari nama lengkap, masa lalunya, pokoknya semua. " tegas Cakka meyakinkan semuanya.

" tapi Cakk.. kalau dia masih bisa mainin benda itu pasti dia bakal bunuh loe." ucap Gabriel sedikit khawatir atas ucapan Cakka barusan.

" gak. semuanya akan baik-baik saja. Tolong untuk kalian. siapin semuanya. gue akan bicara 4 mata dengan dia. tanpa bawa polisi ataupun teman-teman. Hanya kita yang tau. karena masalah ini kita yang buat. "

" oke deh Cakk.. kita nurut aja kata loe." ucap Gabriel.

" berarti loe semua babu gue dong." Seketika itu ke 8 mata ini menatap Cakka tajam. Cakka hanya cengengesan tak jelas dan menggaruk rambutnya yang gondrong itu.

" Sialan nih anak. ngajak ribut." ucap iqbal dan diangguki ketiga temannya kecuali Cakka.

" oke kapan nih ? dimana? jam berapa?" tanya Sivia bertubi-tubi

" Emm.. Di Cafe tempat kita nongkrong aja. nanti gue ngomong deh sama dia."

" jam berapa?"

" besok. jam 7 malam."

" loe mau dinner sama dia? jangan jam 7 malam dong." ucap Gabriel menggeleng-gelengkan kepalanya.

" hehe. yaudah jam 3 sore. no ngaret. semua harus siap kalian tunggu gue di lapangan basket perumahan oke?"

" siap Cakk.." Mereka pun berhigh five ria. Merasa masa lalunya kini akan mulai kembali. Masa lalu yang sangat-sangat ingin mereka lupakan. Karena sosok itu datang kembali. Semuanya akan dimulai kembali. Yah, semua

" semua akan dimulai kembali. Esok dan seterusnya. Loe dan Gue akan bertemu lagi. secepatnya."

****

Adit dan alvin duduk dipojokkan kantin. Adit sibuk dengan bukunya yang sempat Ia ambil dikelas. Alvin juga sibuk dengan ponselnya. Mereka saling diam melakukan aktivitas masing-masing. sampai kelima orang tersebut menunjuk-nunjuk dan membicarakan kedua pria ini. Adit sedikit melirik kearah mereka. Dan tanpa peduli sama sekali adit pura-pura tak tau. Adit sedikit menyenggol kaki alvin dengan kakinya. alvin melirik ke Adit.

" apa dit?"

" ada yang lagi ngomongin kita!"

" siapa?"

" mereka."

" mereka siapa?"

" kakak kelas itu."

" kakak kelas siapa?"

" aiishh... kak Cakka cs."

" oh."

" alvin."

" ehmm.."

" gue bunuh loe boleh?."

" silahkan."

" mana senjatanya?"

" gatau."

" kok gatau?" alvin menatap Adit tajam. Adit hanya tersenyum tipis melihat tatapan alvin. Alvin kembali memainkan ponselnya begitupula dengan Adit yang sibuk kembali dengan buku pelajarannya.

" ehem.." dehem seseorang yang tak lain Cakka. Adit tersenyum tipis.

" boleh gabung?" tanya Cakka

" boleh kok kak." jawab adit dan Cakka duduk disamping Adit.

" ehm.. lagi belajar apa?" tanya Cakka basa basi

" ini kak. fisika sama biologi. minggu depan ulangan harian." jawab Adit jujur dan polos.

" sok polos loe." ucap Cakka didalam hatinya. Cakka menatap tajam adit yang sedang membaca bukunya.

" ohh.. kok loe gak belajar?" tanya Cakka kepada alvin. alvin menatap Cakka takut.

" udah kak tadi." jawab alvin

" ehhmm... Oiya Dit. Loe besok bisa datang ke Cafe Livia gak? " tanya Cakka memastikan. Kemungkinan semua rencananya akan berhasil.

" Ohh... bisa kok kak."

" besok datang ya jam 3 sore. no ngaret. oke. dan jangan bawa siapa-siapa." ucap Cakka dan berlalu pergi begitu saja. Adit menatap kepergian Cakka.

" Vin. menurut loe! gue dateng apa gak?"

" dateng aja. siapa tau biro jodoh."

" enak banget loe ngomong."

" biarin." mereka pun kembali  ke aktivitas masing-masing. Adit membaca bukunya kembali.Adit membetulkan kacamatanya dan membenarkan gaya rambutnya yang kesamping tanpa menutupi dahinya.

" Ada apa ini? perasaanku tak enak. apa yang akan terjadi esok? entahlah. aku hanya bisa berdoa. semoga besok aku masih bisa bernafas."

bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar