YOU AND ME ? THEN HIM ? #9
Adit menutup buku itu. Buku yang sempat dikasih dari Cakka untuknya saat di markas mereka dulu. Ia kembali tersenyum mengingat kejadian 5 tahun yang lalu. Adit kembali meletakkan buku tersebut ditempat awalnya. Ia pun membuka laci dibawah rak buku. Ia mengambil sebuah pigura kecil. adit kembali tersenyum. pigura tersebut adalah foto dirinya bersama ketiga lelaki disana. Siapa lagi jika bukan Aga,Stev dan juga Fakhri. Adit kembali memasukkan figura tersebut kedalam laci. Ia melihat jam dinding dikamarnya. Jam menunjukkan pukul 20.30. Perut adit sedikit lapar. Ia pun beranjak pergi ke dapur untuk mencari makanan.
****
Alvin melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Jam ditangannya sudah memukulkan pukul 20.15. Masih ada waktu untuk bertamu dirumah seseorang. Ia pun memasuki sebuah perumahan elit. Alvin mencari-cari alamat yang tadi ia dengar dari mulut temannya. Setelah beberapa menit mencari rumah tersebut.Kini alvin berada di rumah yang sudah menurutnya benar dengan alamat yang Ia tau. Alvin memberhentikan motornya didepan gerbang rumah ini. Terlihat begitu sepi. Tak lama datanglah satpam dari dalam garasi.Ia pun menghampiri alvin.
" Ada apa ya den? malam-malam kemari?" tanya Satpam tersebut dengan logat jawanya. Alvin menatap lelaki tua dihadapannya
" Apa benar ini rumahnya Cakka kawekas?" tanya Alvin memastikan.
" Oh betul den. aden siapanya den Cakka?"
" saya temannya pak."
" oh iya den silahkan masuk." ujar Satpam itu. alvin pun mengangguk. Ia pun turun dari motornya dan membiarkan motornya berada diluar halaman.
"silahkan den masuk." ujar satpam itu dan berlalu pergi. alvin memasuki ruang tamu rumah Cakka. Sangat mewah dan indah dilihat.Alvin pun duduk disofa yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Ia pun mengedarkan pandangannya merasa kagum dengan dekorasi rumah Cakka. Tak lama datanglah Cakka menghampiri alvin.
" eh Vin. tumben kesini? tau darimana?" Tanya Cakka dan duduk disamping alvin.
" Dari adit." jawab Alvin singkat. Tiba-tiba datanglah pembantu Cakka membawa minuman. Dan Ia menaruh minuman tersebut di meja.
" thank's bi." ucap Alvin dan diangguki pembantu Cakka. Ia pun pergi meninggalkan kedua lelaki tampan ini.Alvin mengambil satu gelas dan meminumnya.
" ada apa Vin kesini?" tanya Cakka. alvin menaruh kembali minuman itu dan menatap Cakka sinis. Cakka yang tau tatapan Alvin pun tetap menatap alvin dengan tatapan biasa saja.
" Sekarang gue baru tau kalau loe itu..." ucap Alvin tergantung. Cakka mengernyitkan dahinya.
" kalau gue kenapa?"
" kalau loe itu kakak kakak'annya adit hehe." ucap Alvin. Cakka mengangguk saja. alvin tersenyum kecut. Mereka saling diam. Tak ada yang membungkamkan suaranya. Alvin mengadahkan kembali wajahnya melihat seisi ruangan ini. Cakka sibuk dengan pikirannya. Entah apa yang Ia pikirkan.
" Loe kenal Aga kak?" tanya Alvin mencairkan suasana. Cakka sedikit tersentak oleh pertanyaan alvin. alvin mengetahui itu.
" ke..kenal iya kenal. hehe." jawab Cakka terbata-bata. Perasaannya kini tidak enak. Cakka melihat jam di dinding rumahnya. Jam menunjukkan pukul 20.30.
" nama lengkap Aga siapa sih?" tanya alvin kembali dengan nada menyindir. Cakka merasakan hawa yang sangat tidak enak.
" gak tau." jawab Cakka setenang mungkin.
" rumah loe pake AC dan loe malah keringetan! abis lari maraton?" tanya Alvin dan menatap Cakka tajam. Cakka segera menyeka air keringatnya.
" nama lengkap loe siapa kak?" tanya Alvin kembali. Cakka pun menghela nafas leganya. Karena Lelaki disampingnya ini tidak membahas Aga
" Cakka Kawekas Nuraga." jawab Cakka. Alvin menganggukkan kepalanya.
" rumah kak Ify dimana?"
" Di deket sini sih . Blok N no 11 . " jawab Cakka. Alvin pun menganggukkan kepalanya. Jam menunjukkan 20.40 . masih ada waktu untuk bertamu.
" yaudah. thank's minum sama waktunya." ucap Alvin dan berdiri. Cakka pun ikut berdiri.
" ya sama-sama."
" Oke gue pamit. Aga Nuraga." Ucap Alvin dan berlalu pergi begitu saja. Cakka mematung. Bagaimana dia tau nama samarannya sewaktu di SD dulu? Bagaimana? Cakka menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Cakka pun berlari kecil menuju kamarnya dan menelepon seseorang.
" hallo."
"hallo."
"Fy. dengerin gue. kalau alvin kerumah loe jangan suruh dia masuk. dia tau kita. dia tau Bradiz fy."
"maksud loe apa sih?"
"aiishh.. tadi alvin datang kerumah gue. dia nanya-nanya tentang Aga ke gue. dan saat dia mau pergi dia tau nama samaran gue fy. kalau alvin ke rumah loe. jangan suruh dia masuk. dia bakal introgasi loe. DIA TAU BRADIZ."
" APA? loe serius ?"
"iya."
tok..tok..tok
" sebentar cakk.ada yang ngetuk pintu kamar gue."
" jangan. jangan buka pintu itu. "
" ish gue bakal hati-hati tenang aja cakk. "
" tapi Fy.."
" tenang. gue bakal hati-hati. Dan loe beritahu yang lain oke?."
" hufft.. oke."
BBIIPP
Cakka semakin resah. Ia pun menelepon teman-temannya dan memberitahukan hal yang sama. Mereka sama halnya dengan Ify, mereka sangat terkejut. Cakka menghela nafasnya saat selesai menelepon teman-temannya. Ia sangat tidak menyangka dengan apa yang sudah terjadi. Kini dirinya dan teman-temannya terancam. Cakka mendekati meja belajarnya dan membuka laptopnya. Ia mencari situs web yang sering Ia kunjungi. Dan mencari nama yang kini ada dipikirannya.
" aiishh ternyata dulu dia anggota Geng Franky. " ujar Cakka.
" pantas saja dia bisa memainkan benda itu. mantan preman. Tapi... kalau dia sekelas sama rio berarti dulu dia seumuran dong sama rio ? kok gue bisa gak tau sih?" gumamnya kembali.Cakkakembali mencari tau siapa lelaki bermata sipit itu.
******
Alvin melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia pun mencari rumah yang tadi diucapkan oleh seseorang. Dan tak butuh lama lagi rumah tersebut sudah Ia temukan. Ia pun turun dari motornya dan menghampiri pagar mungil itu.
" permissiii..." ucapnya. Dan tak lama datang seorang bapak-bapak tua menghampirinya.
" ada apa?" tanya bapak-bapak itu yang sepertinya tukang kebun dirumah ini.
" Ada ify ?" tanya lelaki putih ini.
" ohh ada. kamu siapanya non Ify?"
" saya adik kelasnya pak."
" ohh iya silahkan masuk." ucap bapak-bapak itu dan membukakan pagar mungil ini. Alvin pun masuk saja
" silahkan den. " alvin mengangguk dan memasuki rumah Ify. Rumah bercat putih dan dekorasi yang indah.Menampakkan kesederhanaan didalamnya. Alvin terduduk disofa yang berwarna krim dan memandang penjuru rumah ini. Tak lama datanglah seorang perempuan paruh baya. Ia sepertinya ibunda dari Ify.
" em.. selamat malam tante. Ifynya ada?" sapa dan tanya alvin dengan sopan.
" selamat malam juga. Ada kok dikamarnya. Kamu siapanya Ify?"
"saya temannya tan." jawab Alvin.
" oh yaudah langsung aja kekamar Ify ya?"
" iya tan." Alvin pun berjalan perlahan menuju kamar Ify yang terletak dilantai 2. Ia kembali mengedarkan pandangannya. Setelah sudah berada dilantai atas. Alvin menemukan 3 pintu. Ia pun bingung ingin membuka pintu yang mana? Sebelumnya dia sama sekali tidak dekat dengan Ify.Dan pertama kalinya lah dia kini menginjakkan kakinya dirumah gadis berdagu tirus itu. Alvin pun menghampiri pintu dekat dengan ruang kelurga. Feeling Ia menyatakan jika kamar ini adalah kamar Ify.Dengan ragu Alvin mengetuk pintu itu.
tok..tok..tok
" APA? loe serius?"
Alvin mendengar suara gadis didalam kamar ini.Sepertinya alvin benar memilih pintu itu. Alvin kembali mengetuk pintu tersebut 3 kali. Dan tak ada yang membukanya. Untuk keempat kalinya Ia mengetuk kembali Dan pintu tersebut terbuka. Ia melihat seorang gadis cantik memakai tanktop disertai cardigan selutut dan memakai hotpants. Dan rambutnya ia biarkan terurai begitu saja. Alvin tertegun dengan gadis dihadapannya ini. Ia begitu cantik dan sexy. Alvin segera menyadarkan dirinya.
" Hai kak Ify." sapa alvin. Ify tersenyum manis.
" Hai. kok loe tau rumah gue?"tanya Ify
" dari temen hehe." jawan alvin cengar cengir.
" Yaudah masuk." ucap Ify. alvin pun memasuki ruangan kamar Ify. Ify pun menutup kembali kamarnya. Alvin terduduk dibangku belajar Ify. Begitupula Ify yang terduduk di kasurnya.
" Ada apa malem-malem kesini?" tanya Ify tenang.
" Cuma pengen main aja." jawab Alvin seadanya. Ia pun kembali mengedarkan wajahnya menatap seisi ruangan ini. Ruangan ini dipenuhi dengan boneka. Dari kasur hingga meja pun terisi dengan benda itu.Apalagi Ia kini mengoleksi boneka stitch.
" loe suka boneka stitch kak?" tanya Alvin. Ify menganggukkan kepalanya.
" oiya. loe kenal fika?" tanya Alvin tiba-tiba.Ify sudah tidak kaget lagi jika ada yang menanyai tentang Fika itu.
" Kalau mau bahas Bradiz jangan ke gue. Gue sama sekali gak kenal sama anggota Bradiz. Yang gue tau cuma namanya doang." jawab Ify tenang. Ia pun merasa puas oleh jawabannya.
" ohh.." ucap alvin dan tiba-tiba Ia berdiri.
" Gue pamit kak. Udah malam." ucap Alvin dan diangguki Ify. Ify pun mengantarkan Alvin sampai didepan pintu rumahnya.
" thank's kak waktunya. sekali lagi gue pamit. Bye fika umari." Ucap alvin dan berlalu pergi begitu saja. Ify mematung. Apa kata Cakka benar adanya. Lelaki itu sudah mengetahui identitasnya dan Cakka. Ify kembali memasuki kamarnya dan merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ify menatap langit-langit kamarnya dengan iba.Bagaimana Alvin tau nama samarannya sewaktu di SD dulu? Bagaimana dia tau alamat rumahnya? Cakkakah? Aditkah? Apakah esok Ia masih bisa bernafas? entahlah. Hanya Tuhan yang menentukan takdir itu. Kita bisa Apa? . Ify memejamkan matanya perlahan. Malam ini Ia begitu lelah. Ify pun tertidur dengan nyenyak.
****
Adit menelepon seseorang. Sudah beberapa kali Ia menelepon orang tersebut tetapi tidak diangkat. Adit sedikit kesal. Ia pun mengambil laptopnya dan menaruhnya diatas kasur. Adit keluar dari kamarnya dan menuju kamar sebelahnya. Adit menghela nafasnya pelan. Ia pun mengetuk pintu itu dengan pelan.
tok..tok..tok..
Pintu tersebut dibuka. Adit sedikit terkejut. Lelaki dihadapannya ini sedang mengusap-usap matanya. Adit sedikit bingung sendiri. Adit pun kembali menghela nafas dalamnya. Ia pun menatap lelaki ini yang kini juga menatapnya datar.
" kak. loe tau nomor telponnya Alvin yang lain gak?" tanya Adit kepada Kakaknya. Siapalagi jika bukan Acel. Acel mengerang dan kembali masuk kedalam kamarnya. Lalu Ia kembali keluar kamarnya dan memberikan ponselnya kepada Adit. Adit menerima ponsel itu dan mencari kontak nama seseorang. Adit mencatatnya diponsel miliknya dan memberikan kembali ke Acel. Acel masuk kedalam kamarnya dan menutup kembali pintu kamarnya. Tak ada sepatah katapun yang Ia ucapkan. Adit mengangkat bahunya. Ia kembali kekamarnya dan menatap ponselnya. Lalu Ia menelepon nomor telepon tersebut. Tersambung... Adit menunggu diangkatnya telepon tersebut.
" Vin. loe bisa kerumah gue gak sekarang? atau kita ketemu ditaman perumahan Mutiara."
" mau ngapain? gue lagi sibuk nih."
" sibuk apa? nyari informasi tentang Bradiz. Nanti gue kasih tau. Udah cepetan sini. kalau loe sekarang gak ke taman Mutiara. Gue bakal kasih tau kak Sivia kalau loe suka sama dia."
BBIIPP
Adit mematikan sambungannya dan tersenyum puas. Ia pun mengambil jaket dan kunci motornya. Ia kembali keluar kamar dan menuruni tangga. Rumah ini belum terlalu sepi. Karena 2 pembantu Adit sedang mondar mandir kesana kesini. Adit pun melewati mereka. Tak butuh lama lagi, Adit segera memakai jaketnya dan mengeluarkan motornya dari garasi. Ia tak peduli satpam dirumahnya mencegahnya. Dengan alasan disuruh papahnya membelikan sesuatu, Akhirnya Adit lolos. Ia pun melajukan motornya dengan cepat.
10 menit berlalu, Kini Adit berada disebuah taman yang sangat indah. Ditaman itu terdapat hewan kunang-kunang yang sedang berterbangan disana. Sungguh Indah taman ini. Ditambah dengan bunga-bunga dan kursi-kursi panjang yang tertera disana. Membuat taman ini cantik dan banyak yang mengunjungi. Adit memilih bangku yang menghadap ke arah Jalanan dan sedikit jauh dari arah kerumunan orang-orang.
Setelah menunggu 5 menit, Akhirnya orang yang ditunggu Adit pun datang juga. Ia terduduk disamping lelaki culun ini. Alvin menatap Adit tajam. Adit menghela nafasnya dan menatap Alvin datar.
" ehm.. loe tau Bradiz?" tanya Adit sedikit khawatir. Alvin diam saja dan memalingkan wajahnya ke arah lain.
" sorry gue rahasiain ini semua. Gue gak mau kakak-kakak gue loe bunuh Vin. Gue sayang sama mereka. gue gak mau kehilangan mereka lagi. gu.."
"JUSTRU GUE YANG GAK MAU KEHILANGAN LOE DIT. LOE SAHABAT GUE." teriak Alvin tiba-tiba. Adit sedikit tersentak. untuk pertama kalinya lah alvin marah padanya.
" MEREKA UDAH BIKIN LOE CELAKA DALAM TAWURAN ITU. DAN MEREKA PERGI GITU AJA SETELAH LOE KOMA 2 BULAN LAMANYA. DAN MEREKA DATANG LAGI SETELAH LOE MENJADI ADIT. DAN LEBIH MUDAHNYA LOE BERTEMAN SAMA MEREKA LAGI. HARUSNYA LOE MIKIR DIT. MEREKA ITU UDAH JAHAT SAMA LOE. MEREKA GAK PUNYA HATI. APA LOE GAK BERPIKIR KESITU HAH?"
" Itu cuma salah paham Vin. Papah gue bo.."
" SALAH PAHAM GIMANA? UDAH JELAS-JELAS MEREKA NINGGALIN LOE. EMANG LOE LIHAT MEREKA DISITU? ENGGAK KAN? BAHKAN SAAT LOE DIPINDAHKAN KE SINGAPURA AJA MEREKA GAK SAMA SEKALI JENGUK LOE. COBA LOE PIKIR DUA KALI DIT. MEREKA GAK KAYAK YANG LOE PIKIRKAN." tegas Alvin sedikit memotong ucapan Adit. Adit terdiam kembali.
" SEHARUSNYA LOE BISA DIT BEDAIN MANA TEMAN BAIK DAN MANA YANG JAHAT. LOE UDAH DIPERDAYA SAMA MEREKA. LOE GAK TAU KAN KENAPA MEREKA SURUH LOE GABUNG SAMA MEREKA? GAK TAU KAN? MEREKA HANYA INGIN LOE MATI DIT. MATI. DAN DIAM-DIAM MEREKA NYURUH SESEORANG DIAM DISUATU TEMPAT. SAAT LOE NONJOK SESEORANG DAN ORANG TERSEBUT NEMBAK LOE DARI KEJAUHAN. ITU BUKTI KENAPA LOE DIAJAK BERGABUNG SAMA MEREKA DIT." Teriak alvin kembali. Adit membelalakan matanya tak percaya. Adit pun berdiri dan menatap Alvin tajam.
" GAK MUNGKIN VIN MEREKA MELAKUKAN ITU SAMA GUE. GUE TAU MEREKA. GUE LEBIH TAU MEREKA DARIPADA LOE. JADI JAGA OMONGAN LOE. " Marah Adit kepada Alvin. Ia sangat tidak menyangka Alvin bisa berbicara seperti itu.
" TAPI KENYATAANNYA EMANG GITU DIT." Teriak alvin lagi. Adit mengalihkan wajahnya kearah lain. Tak mau menatap Alvin yang kini menatapnya tajam.
" Gue gak mau kehilangan loe dit. Cuma loe sahabat gue. cuma loe yang ngertiin gue. gue trauma sama orang-orang disana yang jadi sahabat penghianat. Gue gak mau semuanya terulang kayak dulu dit. Cuma loe yang bakal dengerin curhatan gue. Didunia ini teman emang banyak. Gampang buat dicari. Tapi sahabat? enggak dit. Cari sahabat itu bagaikan cari cincin yang jatuh disebuah lubang yang dalam. Dan loe pasti gak bakal ketemu cincin itu sebelum loe ketemu dengan cincin lainnya. Dan cincin tersebut menjadi sahabat loe. ngertiin gue bisa kan dit?" ucap alvin panjang lebar. Ia menatap adit sedih. Adit duduk kembali disamping Alvin. Ia menghela nafasnya dan menatap alvin.
" gue tau Vin. Gue juga gak mau kehilangan loe. Dengerin penjelasan gue dulu. Bradiz itu bersifat baik sama orang. Alasan mereka memasukkan gue kesana adalah karena gue punya nyali yang sama dengan mereka. Dan loe salah besar Vin. Satu lagi. Papah gue bohongin gue. Dia bilang Bradiz gak jenguk gue. Dan kata Bradiz. Mereka dapat kabar dari papah gue. kalau gue meninggal. Dan nyatanya itu semua yang salah papah gue. Jadi Bradiz gak salah. Dan satu permintaan gue, Jangan bunuh mereka. gue mohon. Gue, Mereka dan loe bisa jadi sahabat kok. Asal loe mau aja gabung sama mereka." Jelas Adit panjang lebar. Alvin terdiam. Adit mengeluarkan ponselnya dan melihat jam diponselnya. Jam menunjukkan pukul 22.15 sudah sejam lebihmereka berada disini dan bertengkar hebat.
" sorry dit. gue udah salah sangka. Itu juga kata temen gue dit. Sorry banget dit. Tapi gue udah janji sama diri gue, sama orang tua loe dan sama loe. gue bakal bunuh Bradiz jika loe bertemu sama mereka. Dan akhirnya loe bertemu sama mereka. You know lah apa yang akan gue lakukan." jawab Alvin sedikit tenang daripada yang tadi. alvin menghirup udara segar disini. Otaknya kembali dingin dan tak sepanas tadi. Sama halnya dengan Adit yang ikut emosi karena ucapan alvin tadi.
" Iya gapapa kok Vin. Tapi gue mohon vin. Jangan bunuh mereka. Gue sayang sama mereka. Mereka udah gue anggap keluarga gue sendiri. gue mohon loe angkat janji loe. Itu semua kesalah pahaman Vin."
" tapi dit..."
" Gue mohon vin. loe sahabat gue kan? loe pengen lihat gue senang juga kan? dan gue bakalan lebih senang lagi kalau mereka ada disisi gue. cukup 5 tahun vin gue sama mereka pisah. Rasa kangen gue gak cukup vin kalo hanya gini-gini aja. Gue juga belum sempat main lagi sama mereka karena ulangan-ulangan itu. Dan gue juga belum sempat hangout sama mereka. Dan gue pengen besok semua berjalan dengan lancar. Gue mohon vin. angkat semua janji loe. " ucap Adit memohon. Alvin memandang Adit dengan tatapan entahlah. Alvin pun menghela nafasnya dan mengangguk perlahan. Adit membulatkan matanya sempurna.
" assikk.. thank's sob. gue janji besok gak bakal kenapa-kenapa." ucap Adit dan memeluk sahabatnya itu.
" bukan hanya besok. tapi lusa dan selamanya loe bakal gak kenapa-kenapa. Oke?"
" sipp boss. Yaudah ayok balik. masalah udah kelar dan gue sangat berterimakasih sama lo bro."
" iyaiya. gue nginep lagi ya?"
" emm.. bolehlah."ucap Adit dan mereka pun beranjak dari taman itu. Alvin dan Adit pergi menuju rumah Adit. Mereka kembali bercerita dan tak lupa mereka tertawa riang. Masalah Adit pun sudah selesai. Dan Ia bisa berkumpul kembali dengan kakak-kakak kesayangannya.
Persahabatan yang mempunyai jiwa kesetiaan dan kepercayaan membuat persahabatan itu kokoh sampai kapanpun. Persahabatan bagaikan bintang dan bulan. Mereka saling menerangi satu sama lain. Sama halnya dengan Adit dan alvin dan Keenam sahabat Adit. Mereka saling menjaga kesetiaan mereka dan kejujuran maupun kepercayaan. 3 prinsip itulah yang harus dipertahankan dalam persahabatan.
bersambung.....